Bagi Anda yang kini memiliki anak berusia remaja maka Anda pasti tahu bagaimana susah dan bandelnya mereka pada usia puber tersebut. Suka melawan, memberontak, ‘bermain api’, membantah, hingga membuat orang tuanya jantungan merupakan ciri-ciri sebagian besar remaja saat menginjak masa pencarian jati diri. Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk menaklukkan keganasan mereka?!
Jelaskan dengan detail apa maksud Anda
Sama seperti menghadapi suami yang tak bisa membaca pikiran Anda, maka anak pun juga tak mampu melakukannya, bahkan tak seorang pun yang mampu. Jadi, Anda harus menjelaskan dengan detail apa maksud Anda saat berkata “Jangan!” pada buah hati. Jelaskan sampai batas mana mereka boleh pacaran, boleh nonton TV, boleh bergaul, dan sebagainya. Jika Anda jelas dalam memberi arahan, maka kesalahpahaman pun bisa diminimkan.
Berikan ganjaran yang masuk akal dan mendidik
Ganjaran masuk akal di sini maksudnya bukanlah sebuah konsekuensi yang tak memberikan arti atau kesadaran baru bagi buah hati. Menyuruh mereka berdiri dengan mengangkat satu kaki di pojok ruangan jelas takkan memberikan faedah apapun pada mereka kecuali rasa kesal. Ada baiknya saat anak melakukan pelanggaran, maka Anda bisa merasakan akibat dari perbuatan mereka.
Misalnya jika mereka tidak jujur tentang nilai yang jeblok, Anda bisa menyita handphone, komputer, TV, games, atau apapun yang menyebabkan nilai mereka jatuh. Bila mereka membuat dapur berantakan, maka tegaskan bahwa mereka baru boleh keluar rumah saat dapur selesai dibereskan. Dengan konsekuensi dan penjelasan mengapa Anda melakukan hal itu, maka anak akan tahu bahwa mereka tidak bisa bersikap sembarangan dan mereka harus mengikuti aturan yang ada.
Bersungguh-sungguhlah saat mengucapkannya
Jika Anda tahu bahwa putri remaja Anda bergaul dengan teman pria yang salah, maka dari awal Anda harus tegas tentang hal ini. Sekali Anda bilang tidak, maka harus tetap tidak, jangan plin-plan. Pastikan anak tahu bahwa Anda benar-benar serius dengan larangan tersebut. Banyak anak remaja mengalami kehancuran hanya gara-gara orang tua mereka enggan bertindak tegas.
Tentu saja bertindak tegas di sini tidak sama dengan bertindak kasar. Anda bisa tetap tegas namun dengan nada yang lembut. Cara ini jelas lebih mudah diterima daripada bila Anda memaksa, berkata kasar, atau berteriak pada mereka. Ketegasan mengandung wibawa.[break]
Hargai prestasi sekecil apapun
Menang lomba puisi antar kelas atau menjadi juara ketiga lomba mengarang mungkin hanya sebuah prestasi yang tak ada apa-apanya bagi Anda, namun jangan lupa bahwa hal tersebut bisa begitu berarti bagi buah hati. Jadi, sekecil apapun prestasinya, jangan pernah meremehkan hal itu. Berikan support dan dukungan untuk prestasi yang berhasil mereka raih. Ini akan membuat mereka makin termotivasi dalam berkarya mengembangkan bakat yang ada.
Hadirlah
Buah hati tidak hanya membutuhkan Anda saat mereka masih bayi, namun mereka selalu memerlukan bimbingan dan arahan orang tuanya. Jadi, hadirlah saat mereka membutuhkan Anda. Jika Anda mau peduli dengan mereka, maka mereka akan mendengarkan kata-kata Anda. Namun, jika Anda tak pernah ada untuk mereka, maka mereka akan berpikir bahwa Anda tak berhak mencampuri urusan mereka (toh Anda tak pernah ada dan peduli dengan kehidupan mereka). Ini akan membuat mereka semakin sulit didekati.
Jadilah teladan
Hal terakhir yang harus selalu dicamkan oleh orang tua adalah bahwa tak peduli berapa banyak petuah bijak yang selalu Anda sodorkan untuk mereka, namun yang paling berbicara keras adalah teladan Anda. Jangan minta anak tepat waktu bila Anda sendiri juga selalu ngaret. Jangan tuntut anak jujur jika mereka tahu Anda sering berbohong. Sebaliknya selalu jadi teladan yang baik buat mereka.
Akhir kata, katakan pujian, peringatan, dukungan, saran, kritik, hingga larangan dengan motivasi kasih. Anak bisa merasakan apakah Anda benar-benar mengasihi mereka atau tidak.